TAMAN NASIONAL LORE LINDU - KEKAYAAN FLORA & FAUNA SULAWESI TENGAH
- Hits: 19280

Berencana untuk berlibur sekaligus menambah pengetahuan anda tentang sejarah dan alam Sulawesi Tengah? Berkunjung ke Taman Nasional adalah pilihan yang tepat untuk mendapatkan keduanya. Saat ini, Sulawesi Tengah telah memiliki dua Taman Nasional yaitu Taman Nasional Lore Lindu (TMLL) dan Taman Nasional Kepulauan Togean (TNKT).
Khusus untuk anda yang ingin berkunjung ke Taman Nasional Lore Lindu, artikel ini akan membahas secara mendalam tentang lokasi tersebut serta apa saja yang perlu anda ketahui sebelum mengunjungi Taman Nasional Lore Lindu nantinya. So, Let’s check it out!
Dimana Lokasi Taman Nasional Lore Lindu?
Secara administratif, Taman Nasional Lore Lindu (TNLL) terletak di dua Kabupaten yakni Kabupaten Sigi dan Kabupaten Poso. Di bagian utara, TNLL berbatasan dengan Dataran Lembah Palu dan Dataran Lembah Palolo, kemudian sebelah timur berbatasan dengan Dataran Lembah Napu, lalu sebelah selatan dengan Dataran Lembah Bada, serta sebelah barat dengan Sungai Lariang dan Dataran Lembah Kulawi. Saat ini luas Kawasan TNLL sekitar 217.991,18 Ha dan berada di 199˚ 58’ – 120˚ 16’ Bujur Timur dan 1˚ 8’ – 1˚ 3’ Lintang Selatan. Di wilayah Sulawesi Tengah sendiri, Taman Nasional Lore Lindu merupakan salah satu Taman Nasional dengan daya tarik dan kekayaan alam yang luar biasa yang telah di tetapkan sebagai cagar biosfer sejak tahun 1977 oleh UNESCO.
Keanekaragaman Flora dan Fauna
Sebagai kawasan pelestarian alam, TNLL memiliki berbagal potensi seperti tipe ekosistem yang beragam dari ekosistem hutan hujan dataran rendah sampai tipe ekosistem hutan pegunungan atas, ekosistem rawa, savana dan ekosistem sungai/dataran banjir. Jenis flora dan fauna yang terdapat di dalam TNLL sangat beraneka ragam. Terdapat setidaknya 5 jenis kantong semar yang merupakan spesies endemik dan kaya akan jenis jamur, lumut serta paku-pakuan.
Taman Nasional Lore Lindu juga menjadi rumah bagi habitat mamalia asli terbesar di Sulawesi yaitu Anoa, Rusa, Tarsius (Tarsius pumilus), (Tarsius dentatus) dan (Tarsius lariensis) serta Kera Hitam Sulawesi (Macaca tonkeana). Satwa lainnya seperti Maleo (Macrocephalon maleo), Rangkong (Rhyticeros cassidix), dan Elang Sulawesi (Spizaetus lanceolatus), kupu-kupu juga banyak ditemukan dan sebagian telah dibudidaya.
Taman Nasional Lore Lindu menyimpan sekitar 267 jenis burung di Sulawesi yang 97 jenis di antaranya merupakan spesies endemik. Secara Internasional, kawasan ini di kenal sebagai kawasan suaka burung yang penting. Beberapa jenis burung endemik yang dapat di temukan di kawasan ini antara lain ; Nuri Sulawesi (Tanygnatus sumatrana), Loriculus exilis, Trichologsus platurus, Kakatua (Cacatua suiphurea), Rangkong (Rhyticerros cassidix), Pecuk Ular (Anhinga rufa), Rallus Plateni, Maleo (Macrochepalon maleo) dan Megapodius fecycynet dll. Beberapa titik yang biasa di gunakan untuk melakukan bird watching di antaranya Desa Kulawi, Anaso – Danau Tambing, Pakuli, Danau Lindu dan Lembah Napu.
Wisata Megalith
Taman Nasional Lore Lindu memiliki banyak situs tempat peninggalan dari jaman prasejarah baik di dalam kawasan maupun di sekitarnya. Megalit merupakan batu besar peninggalan masa prasejarah. Situs megalit yang ada di TNLL dan sekitarnya terdiri dari banyak bentuk dan ukuran. Bentuk dari megalit bervariasi dari yang berupa arca menhir, kalamba, tutup kalamba, batu dakon, batu gores, lumpang batu, serta dolmen.
Situs Megalith TNLL tersebar di sekitar daerah sekitara Napu, Besoa dan Bada. Di perkirakan batu-batu tersebut telah ada sejak 3000 tahun sebelum masehi dengan tinggi rata-rata 1.5 – 2.5 Meter sampai 4 meter. Terdapat lima klasifikasi patung-patung tersebut berdasarkan bentuknya :
Patung-patung Batu ; memiliki ciri-ciri manusia, tetapi hanya kepala, bahu dan kelamin yang terlihat jelas.
Kalamba ; menyerupai jambangan besar, jenis yang paling banyak di jumpai.
Tutu’na ; piring-piringan dari batu, kemungkinan besar merupakan tutup kalamba.
Batu Dakon ; batu-batu rata sampai cembung, menggambarkan saluran-saluran, lubang-lubang tidak teratur dan lekukan lekukan lain.
Lain – lain ; Mortar batu, tiang penyanga rumah dan bentuk penyangga lain di temukan.
Salah satunya Megalith Tadulako yang dapat dijangkau dalam waktu 5 menit dari pusat Desa Doda dengan koordinat S 01˚42'37.2"/ E 120˚15'16.0". Lokasi megalitik terletak 1 km dari jalan utama menuju Desa Doda dengan kondisi jalan pengerasan sirtu dan melalui jembatan yang kondisinya masih rusak. Luas area yang tersedia 1 ha dengan kondisi lokasi terbagi menjadi 3 kelompok megalitik. Jenis megalitik yang ada adalah arca dan kalamba. Menurut informasi dari Kepala Desa Doda, megalitik ini lebih tua dari Megalitik di Meksiko. Berdasarkan wawancara dengan Petugas Pemelihara didapatkan bahwa saat ini presentase pengunjung lokal 80% dan asing 20% dengan rata-rata 30 orang per bulan.
Lokasi lainnya untuk melihat situs Megalith adalah Lembah Besoa dengan landscape yang sangat indah dan pemukiman penduduk yang di kelilingi oleh sawah, savana alam dan hutan yang lebat. Lebah Behoa dapat berjarak sekitar 157 KM dari Kota Palu atau sekitar 4 – 5 jam perjalanan. Kondisi jalan cukup bagus sampai Lembah Napu, sedangkan kondisi jalan dari lembah Napu sampai dengan Lembah Behoa banyak yang rusak dan sempit namun masih bisa di lalui dengan kendaraan roda empat. Dari desa ke situs megalith yang tersebar, ada yang bisa di tempuh dengan kendaraan dan ada yang harus dengan berjalan kaki, namun letaknya tidak terlalu jauh dari desa. Selain itu, terdapat dua buah penginapan di Desa Doda, bagi pengunjung yang ingin bermalam di Lembah Besoa. Terdapat beberapa petunjuk arah serta papan informasi di beberapa situs megalith yang tersebar di Lembah Besoa.
Situs Pokekea yang ada di Desa Besoa dipenuhi batu-batu besar berbentuk tong. Semuanya tersebar di padang rumput. Beberapa batu-batu besar tersebut dihiasi dengan berbagai macam relief. Masyarakat setempat menyebut tong batu itu dengan nama kalamba, sedangkan tutupnya disebut tuatena. Kalamba yang berbentuk silinder dengan bagian dalamnya di lubangi menyerupai tong besar dengan ukuran tinggi bervariasi 1,5-2,7 meter, dengan diameter 1-1,8 meter diyakini memiliki dua fungsi. Fungsi pertama di ceritakan sebagai penampungan air, dan yang kedua sebagai kuburan. Sebagian besar Kalamba yang terdapat di situs Pokekea memiliki ciri khas di bagian badannya, berupa garis geometris dan relief wajah manusia. Kalamba-kalamba tersebut berbentuk bulat silindrik, dan pada bagian tengahnya terdapat lubang. Kalamba yang berada di sini mempunyai ukuran yang berbeda-beda, dengan ukuran terbesar mempunyai ukuran tinggi 188 cm, diameter tubuh 223 cm, kedalaman lubang 78 cm dan tebal bibir 22 cm. Untuk ukuran yang kecil memiliki tinggi 90 cm, diameter badan 76 cm, kedalaman lubang 62 cm dan tebal bibir 6 cm.
Selain Kalamba, di Situs Pokekea juga terdapat patung batu yang mirip manusia. Patung manusia itu memiliki ukiran wajah yang khas. Ukiran wajah serupa tidak hanya ada di Pokekea, tetapi juga di berbagai situs megalitikum yang tersebar di sekitar Taman Nasional Lore Lindu. Masyarakat menyebut patung mirip manusia ini dengan sebutan patung suami-istri. Alasannya, tentu saja karena patungan itu berpasangan dan mirip sepasang suami-istri. Berdasar penelitian arkeologi, bebatuan megalith yang ada di Sulawesi Tengah diperkirakan telah ada sejak 3.000 tahun SM dan yang termuda dibuat pada sekitar tahun 1300 SM.
Juru pelihara situs Pokekea, Sunardi menyebut di situs ini terdapat 8 buah Kalamba, 4 buah arca megalith, 14 buah batu dokon, 18 buah batu kerakel, 5 buah dolmen, 5 buah altar batu, 2 buah batu tetralit, 1 buah batu bergores, dan 2 buah palung batu. Semuanya tersebar dalam satu komplek. Masih banyak misteri batu purbakala ini belum terpecahkan. Seperti batu yang digunakan sebagai kalender manusia purbakala. Sunardi mengaku belum ada arkeolog mampu menyikap makna goresan batu kalender itu. Bahkan disebutkan Pokekea merupakan cikal bakal atau nenek moyang suku yang ada di Sulawesi. Tidak ada ditemukan aksi vandalisme (mencoret/menggores) pada batu-batu, menurut Sunardi hal ini karena pihaknya tak hentinya mengingatkan pengunjung bagaimana sebaiknya berkunjung ke situs purbakala ini.
Secara keseluruhan, situs-situs ini sungguh menakjubkan dan memiliki nilai sejarah yang tinggi di Indonesia bahkan di dunia karena situs ini menunjukkan bahwa masyarakat Sulawesi Tengah telah memiliki ilmu pengetahuan yang sudah sangat tinggi di jaman itu. Peneliti masih terus menggali informasi terkait situs ini karena untuk membuatnya memerlukan ‘teknologi’ tersendiri. Ada berbagai jenis batu yang di bentuk seperti patung manusia, tong dan berbagai macam bentuk yang menunjukkan peradaban yang luar biasa dan maju pada 3000 tahun SM merupakan suatu hal yang luar biasa karena masyarakat pra sejarah sudah bisa membuat pahatan rumit seperti itu.
Wisata Danau
Taman Nasional Lore Lindu juga memiliki wisata Danau yang indah dan penuh dengan kekayaan flora dan fauna seperti Danau Lindu dan Danau Tambing. Secara administratif, Danau Lindu terletak di kecamatan Lindu, Kabupaten Sigi terletak di ketinggian 1.000 mdpl dengan luas 3.470 H. Danau Lindu dapat di tempuh sekitar 4 jam dengan jarak sekitar 79 KM dari Kota Palu. Untuk mengunjungi lokasi ini dengan kendaraan roda empat, anda harus berhenti di area Sidaunta untuk melanjutkan perjalanan dengan kendaraan roda dua karena fasilitas jalan yang belum memadai. Meskipun begitu, terdapat fasilitas pendukung seperti Pondok Wisata, Penginapan, Shelter pengamatan Macaca tonekaka dan jalur trekking di sekitar area Danau Lindu.
Panorama Danau Lindu masih sangat alami dengan air danau yang jernih serta pemandangan yang menyegarkan. Wisatawan bisa berperahu ataupun sekedar memancing di tepi danau atau menyewa perahu. Populasi ikan mujair cukup melimpah dan merupakan sumber pendapatan bagi nelayan di sekitar Danau Lindu. Di sekitar danau ini, wisatawan juga dapat mengamati beberapa burung endemik seperti Elang, Rangkong, Jalak Tunggir Merah, Nuri, Dri Gunting dan sebagainya.
Berikut adalah informasi mengenai aksesbilitas, fasilitas dan informasi lain terkait objek Danau Lindu:
Aksesibilitas: Perjalanan menuju Danau Lindu dari Kota Palu dapat di tempuh dengan kendaraan roda 4 sampai ke Desa Sidaunta (1,5 jam) yang kemudian dilanjutkan dengan berjalan kaki atau dengan menggunakan kendaraan roda 2 (ojek). Perjalanan dari Desa Sidaunta ke Danau Lindu memerlukan waktu tempuh sekitar 6 jam jalan kaki atau 1 jam menggunakan kendaraan roda 2.
Akomodasi: Pondok wisata dan penginapan (fasilitas Dispar Sigi) masih kurang memadai. Fasilitas penginapan seperti kasur, lampu, perlengkapan toilet dan kondisi furniture masih kurang layak untuk di pakai. Keadaan tersebut membuat para pengunjung lebih memilih untuk menginap di rumah warga sekitar Danau Lindu.
Fasilitas: Bangunan Pusat Informasi milik Pemda telah tersedia seperti toilet, perahu katinting, dermaga dan pemandu lokal. Namun kondisi bangunan pusat informasi ini belum terurus dengan baik. Dermaga sebagai sarana berlabuh warga di sekitar Danau Lindu yang merupakan milik Dinas Perhubungan berada dalam kondisi baik. Geliat kehidupan ekonomi masyarakat di sekitar Danau Lindu pun terlihat di dermaga ini.
Informasi tentang Danau Tambing dapat dilihat selengkapnya disini.
Rumah Tambi
Rumah Tambi terletak di pusat Desa Doda, tepat di Sebelah Utara lapangan Desa doda. Berdasarkan informasi dari Petugas Pemelihara, Rumah Tambi ini sudah berumur 200 tahun dan sudah mengalami perbaikan di berbagai sisinya. Rumah Tambi adalah Rumah Adat Suku Lore yang tersebar di daerah Lembah Bada, Lembah Behoa dan Lembah Napu. Awalnya pembuatan Rumah Tambi ini berada di hutan Sebelah Timur Desa Doda yang kemudian dipindahkan ke pusat Desa Doda. Rumah Tambi terdiri dari 2 bangunan utama, yaitu rumah dan lumbung padi. Keunikan pembangunan Rumah Tambi ini adalah konstruksinya selain tidak menggunakan paku serta tahan gempa.
Dengan kekayaan alam serta sejarah yang di miliki oleh Taman Nasional Lore Lindu, lokasi ini patut menjadi salah satu destinasi wisata yang wajib untuk anda kunjungi jika sedang berada di Sulawesi Tengah. AA
Penulis: Arba Arief (Travel Blogger & Tour Guide Sulawesi Tengah)
0 komentar:
Posting Komentar